Training of Trainer: Langkah Awal menuju Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa
Tanggal Posting (13-12-2023) Sofia N & Fiona A.N Sihombing
Photo by: Sadiyya Mahardika
Dengan penuh semangat dan antusiasme, Politeknik Statistika STIS menjadi saksi atas kelancaran kegiatan Training of Trainer yang berlangsung pada Sabtu (2/12) hingga Minggu (3/12). Politeknik Statistika STIS melalui Unit Pembinaan Kemahasiswaan mencoba cara baru dalam melatih keterampilan mahasiswa STIS yaitu dengan menyelenggarakan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM). Pelaksanaan LKMM nantinya akan dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Statistika STIS yang telah dilatih untuk menjadi mentor pada kegiatan tersebut. Training of Trainer adalah bentuk pelatihan yang diberikan tersebut.
Diselenggarakan di auditorium Polstat STIS, Training of Trainer diikuti oleh peserta yang merupakan mahasiswa tingkat I - III. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Wahyudin, S.Si, MAP, MPP selaku ketua Unit Pembinaan Kemahasiswaan. Selama dua hari, Training of Trainer dipimpin oleh mentor dari TRUSTCO, sebuah lembaga manajemen terapan yang bergerak di bidang jasa pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia.
Di sesi pertama, para peserta diberikan pengenalan, latar belakang, tujuan, serta hasil akhir yang diharapkan setelah kegiatan Training of Trainer ini. Dipimpin oleh Aang Kunaifi, peserta diberi tantangan untuk menyebutkan nama buah yang menggambarkan diri mereka. Selanjutnya, peserta kemudian dibagi menjadi empat kelompok. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah untuk mengumpulkan poin sebanyak mungkin sampai di hari kedua kegiatan. Poin ini akan diberikan oleh mentor berdasarkan keaktifan anggota kelompok dalam bertanya, berpendapat, atau menjawab pertanyaan yang diberikan.
Sesi kedua kemudian dimulai setelah peserta melakukan pretest yang berupa beberapa soal pilihan ganda. Sesi ini dipimpin oleh Muhammad Apud Kusaeri yang membahas tentang siap interaksi dan mencatat ide/gagasan. Dalam sesi ini, mentor memberikan pertanyaan atau meminta pendapat para peserta yang membuat jalannya sesi ini menjadi interaktif.
Melanjutkan materi dari sesi kedua, sesi ketiga kembali dipimpin oleh Muhammad Apud Khusaeri. Materi selanjutnya yang dipaparkan adakah mengenai perencanaan dan penyusunan satuan acara pembelajaran.
Kegiatan di hari pertama ditutup dengan sesi keempat yang membahas mengenai cara membentuk iklim pembelajaran yang kondusif. Salah satu cara untuk membentuk pembelajar yang efektif adalah membentuk pelatihan yang happy, fun, dan kondusif. Namun, pelatihan yang kondusif bukanlah tujuan tapi sarana agar materi yang disampaikan dapat diterima peserta. Berhasil atau tidaknya seorang trainer bukan dari bahagia atau tidaknya peserta tapi apakah tujuan pembelajaran tersebut tercapai.
Photo by: Sadiyya Mahardika
Training of Trainer hari kedua masih diawali dengan pemaparan materi menjadi seorang trainer. Mengangkat pembahasan bertajuk “Teknik Presentasi Interaktif dalam Proses Pembelajaran”, Bapak Cipto Utomo bukan hanya sekadar memaparkan, tetapi ia juga langsung memberi contoh nyata untuk meningkatkan interaksi para peserta setiap selang beberapa menit pematerian. Hal tersebut berhasil menarik antusiasme para peserta di Minggu pagi ini. “Mental seorang presenter akan dipengaruhi ketika respon peserta minim. Saat itu, kita tidak bisa hanya menarik keaktifan mereka tapi coba untuk melakukan stimulasi,” salah satu kiat yang diajarkan olehnya.
Setelah sesi coffe break, pada sesi berikutnya para peserta melakukan games berkelompok. Permainan ini berupa pengimplementasian dari materi sesi kedua dengan topik “Metode dan Media Pembelajaran”. Permainan menyusun puzzle berkelompok ini bukan hanya sekadar penerapan media pembelajaran, tetapi juga kepekaan peserta akan unsur pembelajaran di dalamnya. Pada dasarnya, unsur pembelajaran terdiri atas tujuan pembelajaran yang kemudian dibuat materi dan media penyampainnya. Setelah disampaikan, perlu adanya evaluasi untuk mengetahui apakah media yang digunakan sudah tepat atau perlu adanya perbaikan maupun inovasi. Menyusun beberapa keping puzzle memang terkesan mudah, tetapi tidak bagi beberapa kelompok. Kelompok tercepat selesai dengan waktu kurang dari tiga menit, sementara paling lama menghabiskan waktu sebelas menit. Penyampaian tujuan dari metode belajar ini nyatanya berhasil didapatkan oleh para peserta. “Hal ini mengajarkan kita untuk peka terhadap lingkungan dan juga sadar serta toleran dengan keadaan orang lain,” ucap Peni, salah satu peserta kegiatan Training of Trainer. “Kita harus berbagi dan membantu anggota lain, tapi tetap bertanggung jawab atas tugas kita,” tambah Kilat, salah satu peserta lainnya. Pembicara mengharapkan hal ini dapat diimplementasikan teman-teman semua dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam organisasi.
Sesi terakhir dalam kegiatan Training of Trainer memperlihatkan penguasaan para peserta terhadap ilmu yang telah disampaikan. Masing-masing peserta mempresentasikan materi yang telah mereka siapkan kemudian para peserta lainnya sebagai pendengar akan saling memberikan feedback penilaian. Penilaian tersebut dilihat dari bagaimana penguasaan dan pemahaman presenter akan materi yang dibawakan serta cara presenter dalam berinteraksi dengan peserta sehingga berhasil membuat suasana yang interaktif.
Photo by:
Bentuk penghargaan dan apresiasi, diumumkan kelompok terbaik selama kegiatan dua hari ini sebelum acara Training of Trainer resmi ditutup. Evaluasi hasil pembelajaran individu dilakukan dengan post test yang dapat dikerjakan secara daring dan waktu yang fleksibel. Setelah penutupan acara, dilanjutkan sesi foto bersama dari para peserta dengan pembicara.